Bersama Mencapai Keunggulan Informasi Untuk Memajukan Bangsa

Senin, 21 Agustus 2017

URGENSI PELAYANAN PRIMA PUSTAKAWAN DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI


Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang mencakup perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas dan akademik yang memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membantu perguruan tinggi untuk mencapai tujuannya yang terwujud dari visi dan misi perpustakaan tersebut. Dalam mewujudkan visi dan misi suatu perpustakaan, maka diperlukan evaluasi dari segi fasilitas, bahan pustaka, layanan, khususnya sumber daya manusia yang ada di perpustakaan tersebut. Salah satu wujud keberhasilan perpustakaan dapat dilihat dari jumlah pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan tersebut yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh para pustakawan. Untuk mencapai kepuasan pemustaka yang terdiri dari civitas akademika maka pustakawan dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih dari biasa, yaitu pelayanan prima.
Pelayanan prima pustakawan merupakan pelayanan terbaik yang diberikan pustakawan sehingga dapat mencapai tingkat kepuasan pemustaka. Seperti yang kita tahu bahwasanya ujung tombak terpenting dari sebuah peprustakaan terletak pada kualitas pustakawannya. Semakin baik  pelayanan yang diberikan oleh pustakawan, maka semakin tinggi animo pemustaka yang datang ke perpustakaan. Namun terlebih dahulu pustakawan harus mengenali siapa pemustaka yang dilayaninya, karena setiap jenis pemustaka memiliki tingkat keinginan, kebutuhan, dan ekspektasi yang berbeda-beda. Pemustaka perpustakaan perguruan tinggi yang terdiri dari mahasiswa, dosen, maupun masyarakat luar menuntut pustakawan agar selalu memberikan pelayanan prima dengan memahami keinginan dan kebutuhan dari masing-masing pemustaka tersebut. Menurut Maslahah dan Hasanah (2013:255) hal-hal yang terkait dengan pelayanan prima seorang pustakawan harus mempunyai komponen-komponen sebagai berikut:
1)     Mampu melakukan komunikasi yang baik dengan pemustaka dengan cara: (1) Attending, artinya pustakawan dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam menyambut kehadiran pemustaka; (2) Listening, artinya  pustakawan dituntut untuk mampu mendengar dan menganalisa dengan cepat apa yang dibutuhkan dan diharapkan  pemustaka; (3) Observing, artinya pustakawan dituntut untuk mampu meneliti dan mengevaluasi apa yang dibicarakan atau diutarakan oleh pemustaka; (4) Clarifaying, artinya pustakawan dituntut untuk  mampu mengklarifikasi atau meluruskan sesuatu yang dianggap kurang tepat kepada pemustaka; dan (5) Responding, artinya pustakawan dituntut untuk mampu memberikan tanggapan atas pertanyaan atau keluhan yang disampaikan oleh pemustaka
2)     Mampu berkomunikasi baik secara verbal (lisan) dan non verbal (tulisan).
3)     Mampu bekerja baik secara individu maupun berkelompok. Pustakawan harus dapat bekerja secara mandiri tanpa mengandalkan atau  bergantung pada orang lain, namun juga harus dapat saling bekerjasama dengan sesama pegawai dalam meningkatkan kemajuan perpustakaan.
4)     Mampu berkomunikasi dengan konsep A3, antara lain: 1) Attitude (sikap),  artinya pustakawan dituntut untuk bersikap dengan baik dan berpenampilan sopan kepada pemustaka, 2) Action (tindakan), artinya pustakawan dituntut untuk memberikan tindakan yang sigap seperti mewujudkan kebutuhan pemustaka , dan 3) Attention (perhatian), artinya pustakawan dituntut untuk dapat memberikan perhatian kepada pemustaka seperti mendengarkan keluhan pemustaka, memahami keinginan pemustaka, dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pemustaka.

Untuk dapat meningkatkan pelayanan prima pustakawan yang telah diuraikan di atas, maka sangat diperlukan sebuah pelatihan dan pengembangan kepada para pustakawan secara berkala sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan baru tentang bagaimana memberikan pelayanan prima kepada pemustaka. Hal  tersebut merupakan wujud dari urgensi perpustakaan perguruan tinggi yang harus selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan. Selain meningkatkan jumlah kunjung perpustakaan, penerapan pelayanan prima tersebut akan  meningkatkan integritas perpustakaan tersebut sehingga nantinya dapat mempertahankan atau meningkatkan nilai akreditas dari perpustakaan tersebut.

Oleh:  Aidilla Qurotianti

Referensi:
Maslahah dan Hasanah. 2013. Layanan Perpustakaan Berbasis Humanisme. Surakarta: Perpustakaan IAIN Surakarta.



0 komentar:

Posting Komentar